Total Tayangan Halaman

Jumat, 23 September 2016

ISOMER STRUKTUR SENYAWA HIDROKARBON DAN SISTIM NOMENKLATUR


 1. SISTEM NOMENKLATUR



Pada awalnya para ilmuwan kimia memberikan nama-nama tersendiri untuk senyawa barunya. Nama tersebut didasarkan pada sumber atau sifat tertentu dari semyawa karbon. Contoh asam sitrat yang ditemukan pada buah sitrun, asam urat yang ditemukan pada urine, asam format terdapat pada semut (dari Bahasa Latin, semut = formica). Penamaan yang demikian disebut nama trivial. Namun dengan semakin banyaknya senyawa baru yang ditemukan, sistem tersebut tidak dapat dipertahankan kembali. Kemudian diperkenalkan sistem penamaan baru menurut International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC). Senyawa karbon merupakan senyawa yang jenis dan jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu, diperlukan cara penamaan senyawa karbon yang sistematis. Nama senyawa karbon dapat memberi informasi tentang rumus molekul dan strukturnya. Pada pemberian nama-nama senyawa organik dikenal sistem nomenklatur atau sistem tatanama.
Sistem nomenklatur atau sistem tatanama pada senyawa organik itu menggunakan awalan yang disebut dengan prefix, akhiran yang disebut dengan sulfix, dan induk yang sering disebut dengan parent. Sistem nomenklatur ini digunakan untuk menjelaskan jenis dan posisi gugus fungsi pada suatu senyawa. Biasanya pada kebanyakan senyawa hidrokarbon, penamaan dapat dimulai dengan menentukan rantai hidrokarbon Ingold Prelog jika ambiguitas masih ada pada struktur rantai hidrokarbon induk. Nama untuk rantai induk diperbaiki dengan akhiran gugus fungsi yang memiliki prioritas tertinggi, sedangkan gugus fungsi sisanya diindikasikan dengan awalan yang dinomori dan disusun secara alfabetis.

2.    Isomer Struktural
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya variasi dalam struktur senyawa organik. Selain akibat jumlah atom atau jenis atom dalam molekul, pola ikatan dan struktur ruang juga membuat senyawa organik memiliki banyak variasi. Adanya senyawa-senyawa organik yang memiliki rumus melekul sama tetapi berbeda dalam hubungan ikatannya atau berbeda susunan ruangnya disebut isomer (ke-isomeran).
Isomer dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu isomer konstitusional dan isomer ruang (stereoisomer). Isomer konstitusional memiliki ciri perbedaan hubungan ikatan atom-atomnya. Isomer konstitusional dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu isomer struktural dan isomer fungsional. Contoh isomer struktural adalah n-butana dengan 2-metilpropana, atau 1-butanol dengan 2-butanol. Sedangkan contoh isomer fungsional adalah 1-butanol dengan dietileter. Jadi isomer fungsional menyatakan senyawa dengan rumus molekul sama tetapi memiliki gugus fungsi yang berbeda.
Untuk senyawa-senyawa yang memiliki rumus molekul sama tetapi susunan ruangnya berbeda, digunakan istilah stereoisomer. Stereoisomer dapat dibagi menjadi dua, yaitu enantiomer dan diastereomer. Enantiomer digunakan untuk menyataan hubungan antara dua molekul yang merupakan bayangan cermin antara molekul satu dengan molekul yang lain. Sementara diastereomer kebalikan dari enantiomer, yaitu isomer ruang antar molekul yang tidak merupakan bayangan cermin satu sama lain. Isomer cis dan trans termasuk dalam golongan diastereomer.
Pada pembahasan ini hanya di bahas isomer struktural. Dalam isomer struktural atom diatur dalam susunan yang berbeda-beda. Isomer struktural itu terjadi ketika dua atau lebih senyawa organik memiliki rumus molekul sama, tetapi struktur yang berbeda. Dengan adanya perbedaan-perbedaan ini menyebabkan molekul kimia dan sifat fisik yang berbeda. Isomer struktural terbagi atas 3 jenis :
1.      Isomer Rangka atau Rantai
Isomeri rangka atau rantai adalah isomer yang terjadi karena perbedaan rangkanya atau rantainya, biasanya terjadi antara senyawa rantai lurus dengan senyawa yang memiliki cabang, bisa pula antar senyawa yang memiliki cabang, namun berbeda pada posisi dan jumlah cabang. Isomer rangka atau rantai muncul karena adanya perbedaan susunan dari atom karbon yang mengarah ke rantai linear dan bercabang. Isomer rangka atau rantai memiliki rumus molekul yang sama tetapi berbagai jenis rantai yaitu, linier dan bercabang.
Pada isomer rangka atau rantai ini sifat kimia yang dimiliki hampir sama tetapi sifat fisik yang berbeda. Sebagai contoh, isomer rantai bercabang memiliki titik didih lebih rendah daripada rekan-rekan linier mereka. Ini bisa terjadi karena, luas permukaan yang dimiliki oleh rantai atau rangka linier lebih banyak kontak dan karenanya kekuatan tarik antarmolekul yang maksimum.
Contoh isomer rangka atau rantai
Butana memiliki dua isomer yaitu :
·         Normal butana (n-butana)
·         Isobutana (2-metil propana)





2.      Isomer Posisi
Dalam isomer posisi, kerangka karbon dasar tetap tidak berubah, namun kelompok-kelompok penting yang berpindah-pindah pada kerangka itu.
Sebagai contoh, ada dua isomer struktural dengan rumus molekul C3H7Cl. Salah satu isomernya itu klorin berada di ujung rantai sedangkan isomer satunya lagi itu klorinnya melekat di tengah rantai.



Pada saat kita ingin membuat variasi dari isomer posisi ini, misalkan kita telah mendapatkan satu variasi isomer posisi yaitu dengan meletakkan klorin di ujung rantai. Untuk mendapatkan variasi yang kedua kita tidak mungkin hanya menganti letak klorin yang ada di ujung rantai ke ujung rantai yang satunya lagi, agar kita mendapatkan satu variasi lagi kita bisa meletakkan klorin di bagian tengah rantai mengikat atom hidrogen. Contoh lain yang serupa terjadi pada alkohol seperti C3H7OH.




Selain pada C3H7Cl dan C3H7OH kita juga bisa menemukan isomer posisi pada cincin benzena. Salah satu contoh senyawa benzena yang memiliki isomer posisi adalah C7H8Cl. Kemungkinan terdapat empat isomer pada senyawa C7H8Cl tergantung pada posisi atom klorin. Dalam satu kasus itu melekat pada atom karbon samping kelompok, dan kemudian ada tiga kemungkinan posisi lain bisa memiliki sekitar ring-samping grup CH3, next-tapi-satu untuk kelompok CH3, atau sebaliknya kelompok CH3.


3.       Isomer Fungsional
            Isomer fungsional adalah senyawa dengan rumus molekul sama, namun jenis gugus fungsional berbeda. Umumnya isomer posisi ini terjadi pada gugus fungsi seperti alkohol, alkoksi alkana, alkanon, alkanal, alkanoat dan ester.



Berikut adalah contoh isomer funsional:
1.      Alkohol dan Eter


2.      Aldehil dan Keton



3.      Asam Karbosilat dan Ester




C.    Isomer Alkana
Pada senyawa alkana, keisomeran dimulai dari senyawa dengan rumus kimia C4H10 . Jenis isomernya, yaitu isomer struktur. Perhatikan dua isomer yang dimiliki C4H10 serta titik didihnya.



Cara sistematis mencari jumlah kemungkinan isomer alkana adalah sebagai berikut:
Sebagai contoh kita pilih C6H14.
a)  Mulailah dengan isomer rantai lurus




b)   Kemudian kurangi rantai induknya dengan satu atom karbon dan jadikan cabang. Tempatkan cabang itu mulai dari atom karbon nomor 2, kemudian ke nomor 3, dan seterusnya hingga semua kemungkinan habis. Untuk C6H14, hanya ada dua kemungkinan.



Sebagaimana kita lihat, cabang metal tidak dapat ditempatkan pada atom karbon nomor 4, sebab sama saja dengan penempatan cabang di nomor 2.

c)   Selanjutnya, kurangi lagi rantai induknya. Kini, dua atom atom karbon dijadikan cabang, yaitu sebagai dimetil atau etil. Sebagai contoh isomer dengan dua cabang metal ada dua kemungkinan sebagai berikut.




     Isomer dengan cabang etil untuk C6H14 tidak dimungkinkan, karena:




Jadi, untuk alkana dengan rumus molekul C6H14 ada 5 kemungkinan isomer.



Berikut ini adalah isomer senyawa alkana :


 

4 komentar:

  1. tolong berikan 3 contoh isomer rangka pada senyawa alkena dan alkuna ?

    BalasHapus
  2. pada contoh isomer funsional setidaknya anda bisa memasukkan gambarnya . terimakasih.

    BalasHapus
  3. Saya ingin memberikan saran, untuk sistem nomenklatur, sebaiknya langkah-langkahnya diperjelas lagi. terimakasih

    BalasHapus
  4. Menurut saya materi nya sudah bagus , tidak ada kurangnya dan juga mudah dipahami .

    BalasHapus