1. SISTEM NOMENKLATUR
Pada awalnya para
ilmuwan kimia memberikan nama-nama tersendiri untuk senyawa barunya. Nama
tersebut didasarkan pada sumber atau sifat tertentu dari semyawa karbon. Contoh
asam sitrat yang ditemukan pada buah sitrun, asam urat yang ditemukan pada
urine, asam format terdapat pada semut (dari Bahasa Latin, semut = formica).
Penamaan yang demikian disebut nama trivial. Namun dengan semakin banyaknya
senyawa baru yang ditemukan, sistem tersebut tidak dapat dipertahankan kembali.
Kemudian diperkenalkan sistem penamaan baru menurut International Union of Pure
and Applied Chemistry (IUPAC). Senyawa karbon merupakan senyawa yang jenis dan
jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu, diperlukan cara penamaan senyawa
karbon yang sistematis. Nama senyawa karbon dapat memberi informasi tentang
rumus molekul dan strukturnya. Pada pemberian nama-nama senyawa organik dikenal
sistem nomenklatur atau sistem tatanama.
Sistem nomenklatur atau
sistem tatanama pada senyawa organik itu menggunakan awalan yang disebut dengan
prefix, akhiran yang disebut dengan sulfix, dan induk yang sering disebut
dengan parent. Sistem nomenklatur ini digunakan untuk menjelaskan jenis dan
posisi gugus fungsi pada suatu senyawa. Biasanya pada kebanyakan senyawa
hidrokarbon, penamaan dapat dimulai dengan menentukan rantai hidrokarbon Ingold
Prelog jika ambiguitas masih ada pada struktur rantai hidrokarbon induk. Nama
untuk rantai induk diperbaiki dengan akhiran gugus fungsi yang memiliki
prioritas tertinggi, sedangkan gugus fungsi sisanya diindikasikan dengan awalan
yang dinomori dan disusun secara alfabetis.
2. Isomer
Struktural
Banyak faktor yang
menyebabkan timbulnya variasi dalam struktur senyawa organik. Selain akibat
jumlah atom atau jenis atom dalam molekul, pola ikatan dan struktur ruang juga
membuat senyawa organik memiliki banyak variasi. Adanya senyawa-senyawa organik
yang memiliki rumus melekul sama tetapi berbeda dalam hubungan ikatannya atau
berbeda susunan ruangnya disebut isomer (ke-isomeran).
Isomer dapat dibedakan
menjadi dua kelompok besar, yaitu isomer konstitusional dan isomer ruang
(stereoisomer). Isomer konstitusional memiliki ciri perbedaan hubungan ikatan
atom-atomnya. Isomer konstitusional dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu isomer
struktural dan isomer fungsional. Contoh isomer struktural adalah n-butana
dengan 2-metilpropana, atau 1-butanol dengan 2-butanol. Sedangkan contoh isomer
fungsional adalah 1-butanol dengan dietileter. Jadi isomer fungsional
menyatakan senyawa dengan rumus molekul sama tetapi memiliki gugus fungsi yang
berbeda.
Untuk senyawa-senyawa
yang memiliki rumus molekul sama tetapi susunan ruangnya berbeda, digunakan
istilah stereoisomer. Stereoisomer dapat dibagi menjadi dua, yaitu enantiomer
dan diastereomer. Enantiomer digunakan untuk menyataan hubungan antara dua
molekul yang merupakan bayangan cermin antara molekul satu dengan molekul yang
lain. Sementara diastereomer kebalikan dari enantiomer, yaitu isomer ruang
antar molekul yang tidak merupakan bayangan cermin satu sama lain. Isomer cis
dan trans termasuk dalam golongan diastereomer.
Pada pembahasan ini
hanya di bahas isomer struktural. Dalam isomer struktural atom diatur dalam
susunan yang berbeda-beda. Isomer struktural itu terjadi ketika dua atau lebih
senyawa organik memiliki rumus molekul sama, tetapi struktur yang berbeda.
Dengan adanya perbedaan-perbedaan ini menyebabkan molekul kimia dan sifat fisik
yang berbeda. Isomer struktural terbagi atas 3 jenis :
1. Isomer
Rangka atau Rantai
Isomeri rangka atau
rantai adalah isomer yang terjadi karena perbedaan rangkanya atau rantainya,
biasanya terjadi antara senyawa rantai lurus dengan senyawa yang memiliki
cabang, bisa pula antar senyawa yang memiliki cabang, namun berbeda pada posisi
dan jumlah cabang. Isomer rangka atau rantai muncul karena adanya perbedaan
susunan dari atom karbon yang mengarah ke rantai linear dan bercabang. Isomer
rangka atau rantai memiliki rumus molekul yang sama tetapi berbagai jenis
rantai yaitu, linier dan bercabang.
Pada isomer rangka atau
rantai ini sifat kimia yang dimiliki hampir sama tetapi sifat fisik yang
berbeda. Sebagai contoh, isomer rantai bercabang memiliki titik didih lebih
rendah daripada rekan-rekan linier mereka. Ini bisa terjadi karena, luas
permukaan yang dimiliki oleh rantai atau rangka linier lebih banyak kontak dan
karenanya kekuatan tarik antarmolekul yang maksimum.
Contoh isomer rangka atau rantai
Butana memiliki dua isomer yaitu :
·
Normal butana (n-butana)
2. Isomer
Posisi
Dalam isomer posisi,
kerangka karbon dasar tetap tidak berubah, namun kelompok-kelompok penting yang
berpindah-pindah pada kerangka itu.
Sebagai contoh, ada dua
isomer struktural dengan rumus molekul C3H7Cl. Salah satu
isomernya itu klorin berada di ujung rantai sedangkan isomer satunya lagi itu
klorinnya melekat di tengah rantai.
Pada saat kita ingin
membuat variasi dari isomer posisi ini, misalkan kita telah mendapatkan satu
variasi isomer posisi yaitu dengan meletakkan klorin di ujung rantai. Untuk
mendapatkan variasi yang kedua kita tidak mungkin hanya menganti letak klorin
yang ada di ujung rantai ke ujung rantai yang satunya lagi, agar kita
mendapatkan satu variasi lagi kita bisa meletakkan klorin di bagian tengah
rantai mengikat atom hidrogen. Contoh lain yang serupa terjadi pada alkohol
seperti C3H7OH.
Selain pada C3H7Cl
dan C3H7OH kita juga bisa menemukan isomer posisi pada
cincin benzena. Salah satu contoh senyawa benzena yang memiliki isomer posisi
adalah C7H8Cl. Kemungkinan terdapat empat isomer pada
senyawa C7H8Cl tergantung pada posisi atom klorin. Dalam
satu kasus itu melekat pada atom karbon samping kelompok, dan kemudian ada tiga
kemungkinan posisi lain bisa memiliki sekitar ring-samping grup CH3,
next-tapi-satu untuk kelompok CH3, atau sebaliknya kelompok CH3.
3. Isomer Fungsional
Isomer fungsional adalah senyawa dengan rumus molekul sama, namun jenis
gugus fungsional berbeda. Umumnya isomer posisi ini terjadi pada gugus fungsi
seperti alkohol, alkoksi alkana, alkanon, alkanal, alkanoat dan ester.
Berikut adalah contoh isomer funsional:
1.
Alkohol dan Eter
2.
Aldehil dan Keton
3. Asam
Karbosilat dan Ester
C. Isomer
Alkana
Pada senyawa alkana,
keisomeran dimulai dari senyawa dengan rumus kimia C4H10
. Jenis isomernya, yaitu isomer struktur. Perhatikan dua isomer yang dimiliki C4H10
serta titik didihnya.
Cara sistematis mencari jumlah kemungkinan isomer
alkana adalah sebagai berikut:
Sebagai contoh kita pilih C6H14.
a) Mulailah
dengan isomer rantai lurus
b) Kemudian
kurangi rantai induknya dengan satu atom karbon dan jadikan cabang. Tempatkan
cabang itu mulai dari atom karbon nomor 2, kemudian ke nomor 3, dan seterusnya
hingga semua kemungkinan habis. Untuk C6H14, hanya ada
dua kemungkinan.
Sebagaimana kita lihat,
cabang metal tidak dapat ditempatkan pada atom karbon nomor 4, sebab sama saja
dengan penempatan cabang di nomor 2.
c) Selanjutnya,
kurangi lagi rantai induknya. Kini, dua atom atom karbon dijadikan cabang,
yaitu sebagai dimetil atau etil. Sebagai contoh isomer dengan dua cabang metal
ada dua kemungkinan sebagai berikut.
Isomer
dengan cabang etil untuk C6H14 tidak dimungkinkan,
karena:
Jadi, untuk alkana dengan rumus molekul C6H14
ada 5 kemungkinan isomer.
Berikut ini adalah isomer senyawa alkana :